Semakin mengenal diri, semakin
baik kita mempercayai kecerdasan yang ada dalam diri. Bahwa masing-masing diri
ada sesosok bayi yang ingin terus dilahirkan. Bayi memiliki cara pandang yang
polos, penuh senyum pada seluruh peristiwa, tidak masik akal (karena lebih
mengutamakan kebahagiaan), lucu, berpusat pada diri dan lentur.
Setelah mengetahui diri, yang
sama pentingnya adalah penerimaan diri, semakin kita melatih penerimaan diri,
semakin mudah untuk mengetahui kekuatan kita, mengapresiasi prestasi yang sudah
didapat, menghadapi tantangan, terbuka terhadap umpan balik, menerima tawaran
bantuan dan seterusnya. Penerimaan diri membuat segala sesuatunya menjadi
mudah, sedangkan penolakan diri menimbulkan perhulatan yang lebih keras dan
ketidak tenangan dan menuntut lebih banyak kerja keras.
Menerima diri berarti tidak
menginginkan menjadi orang lain. Hidup orang lain bisa tampak begitu
menyenangkan, tapi belum tentu begitu keadaannya. Rumput di halaman tetangga
kadang terlihat lebih indah dari pada rumput halamaan sendiri. Jangan meniru
kepribadian orang lain. Sesungguhnya sikap itu akan membuat kita gampang
bersedih. Banyak orang yang melupakan diri mereka, suara mereka, gerakan,
bakat, hobi dsan sebagainya demi menjadi orang lain. Hasilnya adalah
keterpaksaan, terseret-seret seperti bayangan yang selalu mengikuti pusatnya
.
So, jalanilah hidup ini dengan
apa yang kita miliki, dengan apa yang telah diberikan Allah kiepada kita.
Jangan ubah suara, jangan ganti aksen bicara, jangan ubah cara berjalan.
Bersyukur saja dengan apa yang sudah diberikan Allah. Carilah rahasianya sambil
percaya bahwa Allah tidak pernah iseng saat menciptakan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar